09 April 2011

Dalil Keluar 4 BLN


Allah SWT berfirman : Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir (QS. At Taubah 2)

Sebelum turunnya ayat ini ada perjanjian damai antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang musyrikin. Di antara isi perjanjian itu adalah tidak ada peperangan antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang musyrikin, dan bahwa kaum muslimin dibolehkan berhaji ke Makkah dan tawaf di Ka'bah. Allah SWT membatalkan perjanjian itu dan mengizinkan kepada kaum muslimin memerangi kembali. Maka turunlah ayat ini dan kaum musyrikin diberikan kesempatan empat bulan lamanya di tanah Arab untuk memperkuat diri.

Jalalain mengatakan (Maka berjalanlah kalian) artinya berjalanlah kalian dengan aman, hai kaum musyrikin (di muka bumi selama empat bulan) dimulai pada bulan Syawal berdasarkan petunjuk yang akan disebutkan nanti. Tiada keamanan lagi bagi kalian sesudah empat bulan itu (dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian tidak dapat melemahkan Allah) artinya terluput dari azab-Nya (dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir) Dialah yang membuat mereka hina di dunia melalui pembunuhan dan di akhirat kelak dengan siksaan neraka.

Pada ayat ini Allah menerangkan supaya kaum Muslimin memberi kesempatan kepada kaum musyrikin yang selalu mengkhianati janji untuk berjalan di muka bumi selama empat bulan dengan bebas dan aman tanpa diganggu oleh siapa pun dari kaum Muslimin, supaya mereka dapat berpikir lebih tenang untuk menentukan sikap mereka, mau masuk Islam atau tetap menentang kaum Muslimin.

Adapun mulai berlakunya masa empat bulan itu, menurut pendapat yang masyhur ialah dari tanggal 10 Zulhijah tahun ke 9 Hijrah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir ke 10 Hijrah. Sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Abu Masyar Al-Madany dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazi dan lain-lain yang maksudnya: "Rasulullah saw. mengutus Abu Bakar sebagai Amir haji tahun ke 9 Hijrah dan mengutus pula Ali bin Abu Talib dengan membawa 30 atau 40 ayat Bara'ah untuk dibacakan kepada manusia di Mina.

Ibnu katsir mengatakan masa waktunya 20 Zulhijah tahun ke 9 Hijrah sampai dengan tanggal 10 Rabiul Akhir ke 10 Hijrah.

Banyak hadis-hadis sahih yang diriwayatkan bertalian dengan permakluman ini antara lain bahwa Abu Hurairah berkata:

Saya (Abu Hurairah) diutus oleh Abu Bakar pada hari raya haji bersama dengan orang-orang yang ditugaskan untuk memaklumkan di Mina bahwa orang musyrik tidak diperbolehkan naik haji sesudah tahun ini dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang. Kemudian Rasulullah saw. menyusuli dengan mengutus Ali bin Abu Talib dan memerintahkannya untuk memaklumkan (membaca ayat) Bara'ah dan orang musyrik tidak dibolehkan haji lagi sesudah tahun itu dan tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang (sebagaimana kebiasaan kaum musyrikin).
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dan berkata Abu Hurairah lagi :
Saya bersama-sama dengan Ali bin Abu Talib ketika ia diutus Rasulullah saw. kepada penduduk Mekah dengan (membacakan) ayat Bara'ah lalu ia bertanya: "Apakah yang kamu serukan (umumkan)?" Ali menjawab: "Kami serukan bahwa tidak ada yang masuk surga melainkan orang-orang mukmin, tidak dibolehkan tawaf di Baitullah dengan telanjang, barang siapa yang ada janji dengan Rasulullah saw. maka temponya atau masanya sampai empat bulan dan apabila selesai empat bulan, maka Allah dan Rasul-Nya membebaskan diri dari orang-orang musyrikin, dan tidak dibolehkan orang musyrikin naik haji ke Baitullah ini sesudah tahun kita ini (tahun ke 9 Hijrah)."
(HR. Ahmad dari Abu Hurairah)

Menurut ayat ini kelanjutan dari permakluman itu ialah jika kaum musyrikin itu bertobat menyesali kesesatan mereka dari berbuat syirik, melanggar janji dan sebagainya, dan kembali kepada jalan yang benar, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menghilangkan permusuhan dengan kaum Muslimin, itulah yang paling baik bagi mereka untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tetapi jika mereka berpaling, tidak mau menerima kebenaran dan petunjuk tetapi tetap membangkang maka mereka tidak akan dapat melemahkan kekuasaan Allah dan tidak akan dapat menghilangkan pertolongan yang dijanjikan Allah kepada Rasulullah saw. dan kepada orang-orang mukmin, yaitu kemenangan mereka dalam mengalahkan orang-orang musyrik dan munafik. Mereka bukan saja menderita kekalahan dan kehinaan di dunia bahkan Rasulullah pun diperintahkan Allah untuk menyampaikan berita bahwa mereka akan mendapat siksa yang sangat pedih di akhirat.

At Taubah ayat 2 ditujukan kepada kaum musyrikin untuk bertobat menyesali kesesatan mereka dari berbuat syirik. Berjalan di muka bumi selama empat bulan dengan bebas dan aman tanpa diganggu oleh siapa pun dari kaum Muslimin, supaya mereka dapat berpikir lebih tenang untuk menentukan sikap mereka, mau masuk Islam atau tetap menentang kaum Muslimin.
Alim ulama berpendapat untuk menghilangkan sifat-sifat kesyirikan yang ada dalam diri manusia. Perlu untuk islah diri selama 4 bulan. Yang menyembuhkan Allah bukan obat. Yang memberi rezeki Allah bukan pekerjaan. Yang memberikan manfaat dan mudorat hanya Allah SWT. Sesungguhnya keluar untuk memperbaiki diri adalah seperti keluar untuk menghilangkan sifat-sifat syirik serta menuntut ilmu dan usaha hidayah.


Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata :
Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian (40 hari) menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga sehingga ia memasukinya.” (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)

40 hari pertama berupa nuthfah
40 hari kedua berupa segumpal darah
40 hari ketiga berupa segumpal daging (ditiupkannya ruh)
120 hari = 4 bulan

Masa 4 bulan ini masa ditiupkannya ruh kepada janin. Untuk mendapatkan ruh agama perlu meluangkan masa selama 4 bulan. Kalau ruh sudah ada akan ada kehidupan. Kehidupan agama akan muncul dengan adanya usaha untuk mendapatkan ruh agama. Ciri kehidupan itu ada pergerakan. Agama bukan hanya diamalkan sendiri tapi agama ini digerakkan dengan menyampaikan agama kepada yang lain. Bukan hanya mengamalkan sunnah tapi menghidupkan sunnah. Selain mengamalkan sunnah dalam kehidupannya. Mengajak orang lain untuk mengamalkan sunnah (mendakwahkan pentingnya sunnah) inilah makna menghidupkan sunnah. Ada pergerakan, pegerakan itulah dakwah.


Keluar Selama Empat Bulan di Jalan Allah
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dan Ibnu Juraij, katanya: Seseorang yang aku percayai telah memberitahuku bahwa ketika Umar ra. Sedang berkeliling kota, beliau mendengar seorang wanita membacakan syair:

Betapa panjang malam ini dan sangat gelap di sekelilingnya. Ia membuatku tidak bisa tidur karena tidak ada kekasih untukku bermesraan. Jika saja tidak takut kepada Allah, yang tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia. Pasti akan bergoncang dengan keras tepitepi tempat tidur ini (karena perbuatan zina dengan orang lain).

Maka Umar ra. bertanya kepada wanita itu, “Mengapa kamu mengucapkan itu?”
Jawab wanita itu, “Aku ditinggal pergi jauh oleh suamiku sejak beberapa bulan mi, sedang aku sangat merindukannya.”

Tanya Umar, “Apakah kamu ingin melakukan kekejian (zina)?”
Jawab wanita itu, “Aku berlindung kepada Allah dan perbuatan itu.”
Kata Umar, “Kalau begitu, jagalah dirimu.”

Umar segera memanggil suami perempuan itu. Kemudian Umar masuk menemui puterinya yang bernama Hafshah r.ha. dan bertanya kepadanya, “Aku bertanya kepadamu tentang suatu perkara yang memusingkanku, hendaknya kamu berterus terang kepadaku. Dalam waktu berapa lama seorang perempuan akan merasa rindu kepada suaminya?”
Maka Hafshah menundukkan wajahnya karena malu.

Kata Umar, “Sesungguhnya Allah tidak malu untuk mengungkapkan perkara yang hak.”
Kemudian Hafshah membeni isyarat dengan tangannya yang menunjukkan tiga bulan dan jika tidak, empat bulan. Maka Umar menulis surat agar tidak ada pasukan Islam yang ditahan untuk bertugas selama lebih dari empat bulan. Demikian tercantum dalam kitab al Kanz (8/308).

Diriwayatkan oleh Baihaqi (9/29) dari jalur Malik, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, katanya: Pada suatu malam, ketika Umar bin Khaththab keluar seperti biasanya untuk melihat keadaan umat Islam, beliau mendengar seorang wanita membacakan syair:

Malam ini begitu panjang, dan sangat gelap sekelilingnya.
Ia membuatku tidak bisa tidur karena tiada kekasih untukku bermesraan.
Maka Umar bertanya kepada Hafshah, “Berapa lama seorang wanita dapat bersabar berpisah dari suaminya?”
Ia menjawab, “Selama enam atau empat bulan.”
Maka Umar pun berkata, “Aku tidak akan menyuruh pasukan tentara keluar lebih dari jangka waktu itu.”

Dalil Keluar 4oH

Allah SWT berfirman : “dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya EMPAT PULUH MALAM. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan". (QS. Al A'raaf 142)

Ayat ini menerangkan peristiwa turunnya Kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Allah SWT. telah menetapkan janji-Nya kepada Nabi Musa as. bahwa Dia akan menurunkan wahyu kepada Nabi Musa yang berisikan pokok-pokok agama dan pokok-pokok hukum yang akan menjadi pedoman bagi Bani Israil dalam usaha mereka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Waktu penurunan wahyu yang dijanjikan itu selama tiga puluh malam di gunung Sinai, kemudian ditambahnya sepuluh malam lagi sehingga menjadi empat puluh malam.

Mengenai turunnya Kitab Taurat kepada Nabi Musa diriwayatkan oleh Ibnu Munzir dan Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas waktu menafsirkan ayat ini, bahwa Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Tuhanku (Allah) menjanjikan kepadaku tiga puluh malam. Aku akan menemui-Nya dan aku jadikan Harun untuk mengurusimu. Maka setelah Musa as. sampai ke tempat yang dijanjikan, yaitu pada bulan Zulqaidah dan sepuluh malam bulan Zulhijah, lalu Musa as. menetap dan menunggu di atas bukit Sinai selama empat puluh malam, dan Allah SWT. menurunkan kepadanya Taurat dalam bentuk kepingan-kepingan bertulis, maka Allah mendekatkan Musa kepada-Nya untuk diajak bicara. Maka sesudah itu berbicaralah Allah, dan Musa pun mendengar bunyi getaran pena.

Empat puluh hari adalah tempo llahiah yang sempurna untuk melatih sifat kemanusiaan

Sebagaimana firman Allah SWT, Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlaku tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi. Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya, empat puluh malam.

Menyibukkan diri dalam amal agama (islah diri) selama 40 hari untuk melatih sifat kemanusian.
Nabi Musa as buat amalan intiqali (islah diri) selama 40 hari dan Nabi Musa pun berpesan kepada Nabi Harun as supaya buat amalan maqami. Supaya tetap buat dakwah kepada kaumnya.
Allah SWT berfirman : “Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) EMPAT PULUH MALAM, (QS. Al Baqarah 51)

Selama masa 40 hari Allah SWT telah memberikan Taurat. Islah diri (keluar di jalan Allah) selama masa 40 hari pemahaman Al Qur’an sedikit demi sedikit Allah SWT berikan kepada kita.


Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) SELAMA 40 HARI maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam Al-Hilyah 5/189)


Hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‘ud ra beliau berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya salah seorang daripada kamu dicipta didalam perut ibu selama 40 HARI sebagai nutfah kemudian 40 HARI menjadi seketul darah kemudian menjadi segumpal daging kemudian dihantar kepadanya seorang malaikat untuk meniupkan roh dan menulis kepadanya empat kalimat… (HR. Muslim)

Nuthfah (benih)
Untuk menumbuhkan benih-benih kecintaan kepada agama, benih kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Perlu meluangkan masa 40 hari islah diri.

Setelah masa 40 hari dialam kandungan terbentuklah pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Setelah 40 hari islah diri terbentuklah pendengaran yang selalu mendengar kebaikan, panglihatan yang selalu melihat kebaikan. Akan ada perubahan kearah kebaikan setelah masa 40 hari.


Anas bin Malik meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Sesiapa yang mengerjakan solat berjemaah kerana Allah dengan memperoleh takbiratul ula selama 40 HARI akan mendapat dua kelepasan, kelepasan daripada api neraka dan kelepasan daripada sifat munafik. (HR. Tirmizi).

Untuk istiqamah shalat selama 40 hari tentu ada usahanya. Salah satu usahanya keluar dijalan Allah selama 40 hari. Supaya sifat-sifat munafik yang ada didalam diri kita hilang. Dengan adanya rombongan jamaah yang keluar dijalan Allah. Secara otomatis orang-orang yang terlibat didalamnya akan senantiasa menjaga shalat berjamaah selama masa 40 hari keluar.


Menyempurnakan Masa Empat Puluh Hari di Jalan Allah

Abdurrazaq meriwayatkan dan Yazid bin Abu Habib, katanya: Seorang lelaki datang menemui Umar bin Khaththab ra. Umar bertanya kepadanya, “Dari mana kamu?”
Jawab lelaki itu, “Aku baru berjaga di perbatasan (ribath).”
Tanya Umar, “Berapa lama?”
Jawabnya, “Tiga puluh hari.”
Kata Umar, ‘Mengapa tidak kau genapkan selama EMPAT PULUH HARI? (Kanzul Ummal [2/228])


Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 HARI, sesudah itu banjir mereda dan Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai penghuninya.

Dimana-mana sekarang sudah banjir maksiat perlu juga manusia akhir zaman ini kembali naik perahunya Nabi Nuh as berlayar 40 hari dari mesjid ke mesjid. Supaya manusia juga selamat dari banjir maksiat hari ini.


Di dalam perut ikan Nun, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 HARI dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)" Allah mendengar doa Yunus, dan Memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai.

Hari ini pun kalau keluar 40 hari membersihkan diri dari pikir dunia senantiasa bertasbih dan mohon ampun kepada Allah SWT akan memberikan kesan didalam hati manusia.


Nabi Ibrahim berada di dalam kobaran api sekitar 40 HARI. Namun, di tengah-tengah kepungan dan gumpalan api, Ibrahim malah mendapatkan pengalaman terindah dalam hidupnya. “Tidak ada kehidupan yang paling indah selain ketika aku berada di dalam api,” kata Ibrahim.

Untuk membakar sedikit demi sedikit kecintaan kepada dunia perlu meluangkan waktu 40 hari. Manusia pun kalau sungguh-sungguh dalam keluar 40 hari akan mendapatkan pengalaman terindah dalam hidupnya.


Banyak lagi hadits seperti ini yang menunjukkan keberkatan dan keutamaan pada tempo atau bilangan 40 hari. Kita dapat melihat seorang yang keluar dijalan Allah melatihkan dirinya dalam menjalani ketaatan selama 40 hari sudah pasti amalan ini akan terus dilakukan ketika berada di rumah atau dikampungnya.

Daripada hadith-hadith ini dan pandangan nuraniah inilah maka masyaikh dan ulama didalam usaha ini menyarankan supaya setiap orang dapat melapangkan masa selama 40 hari mempelajari usaha dakwah dan mengislahkan diri masing-masing.

06 April 2011

Dalil Keluar 3 H

Allah SWT berfirman : Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia SELAMA TIGA HARI, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (QS. Ali 'Imran 41)


Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari malaikat Jibril maka dia berkata: "Tuhanku berilah aku sesuatu tanda bahwa istriku akan hamil". Menurut Hasan Al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian itu adalah untuk segera memperoleh kegembiraan hatinya atau untuk menyambut nikmat dengan syakur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.


Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda istrinya mengandung itu ialah, bahwa dia sendiri tidak dapat berbicara dengan orang lain selama tiga hari. Selama tiga hari itu dia hanya dapat mempergunakan isyarat dengan tangan, kepala dan lain-lainnya. Dan beliau tidak lalai dari berzikir dan bertasbih kepada Allah. Dan Allah menjadikan Zakaria tidak bisa berbicara selama tiga hari itu adalah, agar seluruh waktunya digunakan untuk zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan syukur yang hakiki.


Menurut Al Qurtubi, sebagian mufassirin mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah sebagai hukuman Allah terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada Malaikat sehabis percakapan mereka.


Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya.


Menurut Jalalain, (Maka katanya, "Wahai Tuhanku! Berilah aku suatu ciri.") atau tanda bahwa istriku telah hamil. (Firman-Nya, "Tandanya ialah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia) artinya terhalang untuk bercakap-cakap dengan mereka tetapi tidak terhalang untuk berzikir kepada Allah swt. (selama tiga hari) dan tiga malam (kecuali dengan isyarat) atau kode (dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah) maksudnya salatlah (di waktu petang dan pagi.") di penghujung siang dan di akhir malam.


Menurut Ibnu Katsir, Allah memerintahkan kepada Zakariya agar banyak berzikir, bertakbir dan membaca tasbih selama masa tersebut (tiga hari).


Para mufassirin berkata tanda diterimanya doa Zakariya ialah dia tidak boleh bercakap selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Pada masa itu Allah SWT telah memerintahkan Zakariya supaya berzikir sebanyak-banyaknya dan meninggalkan perkataan-perkataan dunia untuk menambah penghampirannya kepada Allah SWT.


Daripada ayat ini para ulama berpendapat bahwa sekiranya manusia dapat mengasingkan diri keluar dijalan Allah selama tiga hari dengan membersihkan diri dari fakir dunia. Meninggalkan percakapan dunia dan menyibukkan diri dengan amalan dakwah, beribadah, belajar dan mengajar dan duduk dalam suasana agama sudah pasti akan memberi kesan didalam hati sanubari seseorang itu. Cinta pada agama akan datang. Manusia akan membersihkan diri daripada dosa. Bertaubat dan lebih hampir kepada Allah SWT.


Didalam Sahih Bukhari jilid kedua bab Maghazi dinukilkan bahwa seorang lelaki bernama Sumamah bin Ausal dari banu Hanafiah telah ditawan dan diikat didalam masjid Nabi. Selama 3 hari beliau telah melihat amalan orang Islam yang sibuk dengan amalan dakwah, belajar dan mengajar, beribadat dan berkhidmat diantara satu sama lain. Hari yang pertama beliau tidak mau menerima Islam. Begitu juga pada hari yang kedua. Pada hari yang ketiga baginda Rasulullah SAW telah membebaskannya. Setelah dibebaskan dari tawanan beliau merasakan sesuatu didalam hatinya, lantas beliau mandi dan datang kembali ke masjid Nabi, bertemu dengan baginda Rasulullah SAW dan terus memeluk agama Islam. Betapa besarnya perubahan pada diri Sumamah yang amat berkesan dengan amalan masjid pada ketika itu. Dalam masa tiga hari menjadi sumber hidayah kepadanya.


Rasulullah SAW. Mengutus Abdurrahman bin Auf ke Dumah al Jandal Untuk Berdakwah


Diriwayatkan oleh Daraquthni dan Ibnu Umar ra, katanya: Rasulullah saw. memanggil Abdur Rahman bin Auf dan bersabda kepadanya, “Bersiap-siaplah karena aku akan mengutusmu bersama satu sariyah.”
Kemudian Ibnu Umar menceritakan hadits tersebut selengkapnya, di dalamnya dinyatakan: Kemudian Abdur Rahman pun keluar sampai menyusul sahabat-sahabatnya dan berjalan bersama mereka hingga tiba di Dumah al Jandal sebuah negeri yang terletak di antara Syam dan Madinah, dekat dengan gunung Tha’i. Ketika beliau memasuki negeri itu, SELAMA TIGA HARI beliau menyeru mereka kepada Islam. Pada hari yang ketiga, seorang bernama Asbagh bin Amr al Kalbi masuk agama Islam. Sebelum memeluk islam ia adalah seorang Nasrani dan ketua bagi kaumnya. Abdur Rahman Auf ra. menulis surat kepada Rasulullah SAW. yang dibawa oleh seorang laki-laki dan Juhainah bernama Rafi’ bin Makits dan memberi tahu beliau hal tersebut. Maka Nabi SAW. pun membalas suratnya dan memberi tahu Abdur Rahman bin Auf ra. supaya menikahi anak gadis al Asbagh. Lalu Abdur Rahman menikahi putrinya yang bernama Tumadhir, dan sesudah itu Tumadhir melahirkan seorang anak lelaki untuk Abdur Rahman bin Auf ra. Yang bernama Abu Salamah bin Abdur Rahman. Riwayat ini tertulis dalam kitab al Ishaabah (1/108).


Rasulullah SAW Mengutus Khalid bin Walid Ke Najran


Dinukilkan oleh lbnu Ishaq bahwa Rasulullah saw. mengutus Khalid bin Walid ra. kepada Bani Harits bin Ka’b di Najran (pada bulan Rabiul Akhir atau Jumadil Ula 10 H.) dan memerintahkannya supaya menyeru mereka kepada agama Islam SELAMA TIGA HARI, sebelum memerangi mereka. Jika mereka menerima seruan itu, maka terimalah mereka. Jika tidak, perangilah mereka. Maka Khalid pergi hingga ke Najran. Khalid ra. mengutus pasukan berkuda untuk pergi ke setiap tempat dan menyampaikan dakwah Islam. Adapun seruan mereka adalah: “Wahai sekalian manusia, masuklah kalian ke dalam Islam, niscaya kalian akan selamat.”
Maka mereka pun memeluk agama Islam. Khalid ra. tinggal untuk sementara waktu bersama mereka, mengajari mereka mengenai Islam dan kitab Allah serta sunnah Nabi-Nya sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, jika mereka mau menerima Islam dan tidak memerangi.
Riwayat ini tertulis dalam kitab Hayatus Shahabah (1/128).


Surat Umar ra. Kepada Sa’ad Supaya Mendakwahkan Manusia Kepada Agama Islam Selama Tiga Hari


Diriwayatkan oleh Abu Ubaidah dan Yazid bin Abu Habib katanya :
Umar bin al Khaththab menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abu Waqas ra. yang isinya, “Sesungguhnya aku menulis surat kepadamu agar mendakwahi manusia kepada agama Islam SELAMA TIGA HARI, maka barangsiapa yang menerima seruan dakwah ini dan memeluk Islam sebelum terjadinya perang, maka ia adalah laki-laki dan kalangan orang Islam. Ia mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Ia mempunyai hak untuk memperoleh bagian dalam harta rampasan (ghanimah). Barangsiapa yang menerima seruanmu setelah selesainya perang atau setelah kekalahan mereka, maka hartanya adalah fa’i bagi orang-orang Islam, karena sesungguhnya mereka telah mempertahankannya sebelum ke-Islamannya. Maka ini adalah perintah dan surat kepadamu.” (al Kanz)


Dakwah Salman al Farisi Selama Tiga Hari Pada Han Istana-Istana Putih di Persia


Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah dan Abu al Bukhtari bahwa sepasukan tentara Islam yang dipimpin oleh Salman al Farisi ra. telah mengepung sebuah istana dan istana-istana putih di Persia. Tentara-tentara itu berkata kepada Salman, “Ya Abu Abdullah, apakah tidak kita serang saja mereka?”


Salman menjawab, “Biarlah aku yang mengurusnya, aku akan mendakwahkan Islam kepada mereka terlebih dahulu SELAMA TIGA HARI sebagaimana yang telah aku dengar dan Rasulullah SAW. dan sebagaimana kebiasaan dakwah mereka.”


Salman benkata kepada onang-orang Persia itu, “Aku adalah seorang lelaki dati kalangan kamu, bangsa Persia. Apakah kamu tidak melihat bahwa orang-orang Arab telah menaatiku, maka jika kamu memeluk Islam, kamu akan mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana kami mempunyai hak dan kewajiban. Sebaliknya, jika kamu ingkar dan terus berpegang kepada agamamu, maka kami akan membiarkanmu untuk terus berpegang kepada agama itu, tetapi kamu harus membayar jizyah dan kamu adalah taklukan kami.”


Salman berbicara kepada mereka dengan bahasa Persia, antara lain katanya, “Kamu tidak akan disanjung dan dipuji jika kamu menolak agama Islam dan kami akan menyamaratakan di antara kamu.”
Orang-orang Persia itu menjawab, “Kami tidak akan beriman dan tidak akan membayar jizyah, bahkan kami akan memerangi kalian.”
Tentara-tentara Islam pun berkata kepada Salman, “Ya Abu Abdullah, kita serang saja mereka.”
Jawab Salman, “Tidak.”


Maka Salman melakukan dakwah kepada mereka SELAMA TIGA HARI. Tetapi setelah tiga hari berlalu, mereka tetap menolak Islam. Maka Salman pun berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Bangunlah dan perangi mereka.”


Tentara Islam pun bangun dan memerangi orang-orang Persia itu sampai akhirnya mereka dikalahkan.


Dikeluarkan juga oleh al Hakim dalam kitab al Mustadrak dan Ahmad dalam musnadnya sebagaimana dalam kitab Nasbirra’yah yang mengeluarkan hadits-hadits hidayah dengan maknanya: Ketiga tiba hari keempat, Salman memerintahkan orang-orang Islam supaya menyerang pada pagi hari dan menawannya.


Dikeluarkan juga oleh Ibnu Abu Syaibah sebagaimana dalam al Kanz dan dikeluarkan juga oleh Ibnu Jaris dan Abu al Bukhtari, katanya, “Pimpinan orang Islam ketika itu adalah Salman al Farisi, yang telah diangkat oleh mereka untuk menyeru orang-orang Persia kepada Islam.”


Dakwah Huzaifah bin Mihsan dan al Mughirah bin Syu’bah Kepada Rustam Pada Hari Kedua dan Hari Ketiga


Kemudian pada Hari yang kedua, Rustam meminta agar dikirimkan kepadanya seorang lelaki lain. Sa’ad kemudian mengutus Huzaifah bin Mihsan. Huzaifah lalu berbicara kepada Rustam sebagaimana Rib’i berbicra. Kemudian pada HARI YANG KETIGA al Mughirah bin Syu’bah diutus kepada Rustam, dan ia berbicara kepada Rustam dengan pembicaran yang panjang dan baik sekali.


Rustam berkata, “Sesungguhnya, dengan cara bagaimana kamu masuk ke negeri kami. Apakah seperti lalat yang menjumpai madu.”
Al Mughirah menjawab, “Barangsiapa yang dapat menyampaikanku ke tempat itu (madu), Ia akan memperoleh dua dirham. Apabila ia jatuh ke dalamnya, lalu ia meminta agar dikeluarkan darinya, tetapi tidak memperoleh pertolongan. Maka ia berkata, ‘Barangsiapa yang membebaskanku, akan aku beri upah empat dirham.’ Perumpamaan kamu itu seperti serigala yang lemah yang memasuki sebuah ladang anggur. Pemilik ladang itu merasa kasihan melihatnya, lalu membiarkan begitu saja. Ketika serigala itu menjadi gemuk, lalu binatang itu membuat kerusakan di dalam ladang itu. Pemilik ladang itu datang dengan membawa sebatang kayu, lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mengusirnya keluar. Serigala itu berusaha keluar dan ladang itu, tetapi tidak mampu karena kegemukan. Oleh karena itu, pemilik ladang itu memukulnya hingga mati. Seperti itulah kamu akan keluar dan negeri kami.”


Maka Rustam pun sangat marah dan bersumpah demi matahari akan membunuh orang-orang Islam keesokan harinya.
Al Mughirah berkata, “Engkau akan mengetahuinya besok.”
Rustam berkata, “Aku akan memerintahkan orang-orangku agar memberimu pakaian, dan kepada amirmu akan aku berikan uang seribu dinar, pakaian dan kendaraan. Dengan begitu, kalian harus meninggalkan kami.”


Al Mughirah berkata, “Akankah itu terjadi setelah kami memusnahkan kerajaanmu dan melemahkan kekuatanmu? Kami hanya mempunyai waktu yang sedikit saja dan akan mengambil bayaran jizyah darimu, dan kamu akan berada di bawah taklukan kami dan menjadi hamba kami, akibat dan kekerasan hatimu.”


Betapa geramnya Rustam mendengar perkataan itu.
Sebagaimana yang diceritakan dalam kitab al Bidaayah. Juga telah diriwayatkan oleh at Tabari dan Ibnu ar Rufail dan ayahnya dan Abu Usman an Nahdi dan yang lainnya.